Membanggakan, Ceting E Abah Kolel Desa Senjayan Menasional dalam Penanggulangan Stunting

Kepala Desa Senjayan Sampaikan Program Cegah Stunting kepada Kepala Dinas Keluarga Berencana dari 34 Provinsi dan Kepala Bappeda serta 65 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Indonesia

NGANJUK, PING- Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nganjuk. Kali ini datang dari Pemerintah Desa (Pemdes) Senjayan Kecamatan Gondang Kabupaten Nganjuk.

Atas keberhasilan Desa Senjayan, dengan Program Cegah Stunting. Yakni memanfaatkan Bank Sampah, Pekarangan, dan Kolam Lele (Ceting E Abah Kolel), Kepala Desa (Kades) Senjayan, Sumarji terpilih untuk menjadi narasumber pada “Pertemuan Nasional Praktek Baik Penanggulangan Stunting” pada Kamis, (15/12/2022).

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (ADINKES) tersebut diikuti oleh Kepala Dinas Keluarga Berencana dari 34 Provinsi dan Kepala Bappeda serta 65 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di Indonesia.

Kades Senjayan, Sumarji mengucapkan rasa syukur terima kasihnya atas undangan dari ADINKES, karena bisa menyampaikan secara langsung tentang program inovasi desanya dalam upaya pencegahan stunting.

Baca Juga: Presentasi Ceting E Abah Kolel, Ini yang Disampaikan Kang Marhaen

Sumarji hadir didampingi dari perwakilan Dinas Kesehatan Nganjuk, Dinas Lingkungan Hidup, dan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Nganjuk.

Hadir sebagai narasumber, Kades Senjayan, Sumarji menyampaikan materi tentang bagaimana mengedukasi masyarakat di desanya. Sehingga upaya pencegahan stunting di wilayahnya bisa terlaksana dengan baik.

Sumarji memaparkan tentang latar belakang inovasi Ceting E Abah Kolel yang digagasnya bersama dengan Kader Kesehatan, PKK Desa, Tokoh Masyarakat dan  RT/RW, dengan didukung oleh Dinas terkait di Kabupaten Nganjuk bisa terlaksana dengan baik.

Tingginya kasus stunting di Desa Senjayan Kecamatan Gondang mencapai 24,13 persen, hal ini yang melatarbelakanginya untuk membuat terobosan inovasi dalam penanganan dan pencegahan stunting di wilayahnya. “Caranya adalah dengan memanfaatkan tanah pekarangan milik warga,” tegas Sumarji saat menyampaikan materinya.

Kang Marhaen bersama dengan Kepala Desa Senjayan saat menerima penganugerahan penghargaan inovasi cegah stunting award 2021 secara virtual di Command Center Pemkab Nganjuk

Diungkapkan Sumarji melalui pemberian edukasi kepada masyarakat tentang pemanfaatan tanah pekarangan yang kosong milik warga. Tanah pekarangan yang kosong tersebut, menjadi bermanfaat dengan tanaman buah, sayuran, toga dan kolam ikan lele. Sehingga warga secara mandiri dapat menyediakan menu gizi seimbang bagi keluarganya.

Lebih lanjut, Sumarji menjelaskan, dengan Ceting E Abah Kolel, warga desa senjayan mampu menciptakan menu PMT (Pemberian Makanan Tambahan) secara mandiri. Misalnya, warga dapat memanfaatkan bahan pangan dan produk unggulan lokal dari Desa Sanjayan berupa labu madu sebagai kudapan puding, dodol, kue lumpur, klepon, dumbleg, nagasari.

Sedangkan, lele bisa diolah menjadi nugget, abon juga sayur lodeh, sayur bobor yang bahannya tinggal petik di pekarangan rumah sendiri.

Sumarji juga mengungkapkan, pihaknya terus melakukan inovasi penyesuaian program dalam penurunan angka stunting di wilayahnya. Di masa pandemi covid-19 misalnya, Desa Senjayan mencegah stunting dengan istilah CETING E DEMINA (Cegah Stunting Era Pandemi Corona).

Antisipasi dilakukan khususnya terhadap balita stunting agar tidak jatuh sakit. Mengedukasi masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Ibu-ibu tidak perlu belanja sayur ke pasar atau  tukang sayur keliling terkurangi karena tinggal memetik sayur dan memanfaatkan kolam lele di pekarangan, sehingga mengurangi kerumunan.

Baca Juga: Hebat! Ceting E Abah Kolel Sabet Juara Pertama Tingkat Nasional

Dari inovasi yang digagasnya, Sumarji mengungkapkan bahwa Inovasi Ceting E Abah Kolel terbukti dapat menurunkan kasus stunting di wilayahnya. Pada bulan Februari 2018 sebesar 24,13%, menjadi 13,54% pada bulan Agustus 2020 dan pada saat ini (Agustus 2022) sudah tidak ditemukan kasus stunting baru di Desa Senjayan.

Diakhir pemaparannya, Sumarji menuturkan Inovasi Ceting E Abah Kolel mudah direplikasi karena semua desa memiliki Tim Penggerak PKK beserta Kader Kesehatan. Sementara untuk tantangan atau tingkat kesulitan terkendala oleh kesadaran dan pengetahuan warga yang masih rendah dalam mengelola dan memanfaatkan tanah pekarangan.

Terakhir, Sumarji menyebut stunting adalah permasalahan nasional dan inovasi ini relatif tidak memerlukan anggaran yang besar. Sehingga mudah direplikasi oleh desa-desa dengan kasus yang sama yang ada di Indonesia, khususnya bagi Kabupaten Nganjuk sendiri.

0 Komentar